Scroll untuk baca artikel
Uncategorized

Abi Projo: Dispora Babel Tak Peka Terhadap Prestasi Atlet Daerah, Kebijakan Kadispora Dinilai Kontraproduktif dan Tidak Masuk Akal

125
×

Abi Projo: Dispora Babel Tak Peka Terhadap Prestasi Atlet Daerah, Kebijakan Kadispora Dinilai Kontraproduktif dan Tidak Masuk Akal

Sebarkan artikel ini
Oplus_131072

JENDELABABEL.COM, PANGKALPINANG — Di tengah kabar membanggakan atas terpilihnya lima pesepak bola muda asal Bangka Belitung (Babel) memperkuat Timnas Pelajar Indonesia U-16 di ajang Borneo Cup Malaysia, muncul kritik tajam terhadap Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Babel.

Ketua DPC Projo Bangka Tengah, Abie Ridwansyah, menilai Dispora Babel di bawah kepemimpinan Widya, S.IP., M.M., menunjukkan sikap yang tidak peka dan minim kepedulian terhadap prestasi anak-anak muda daerah yang berjuang mengharumkan nama Babel di kancah nasional maupun internasional.

“Dispora itu punya peran penting dalam membina dan memberdayakan pemuda serta mengembangkan prestasi olahraga. Minimal tunjukkan kepedulian, beri dukungan moril, atau sekadar menanyakan kebutuhan anak-anak yang membawa nama daerah. Ini soal empati dan tanggung jawab moral,” tegas Abi, Minggu (5/10/2025).

Abi menilai ironis, ketika lima anak Babel terpilih membela Indonesia di ajang internasional, namun dinas yang seharusnya menjadi garda depan pembinaan olahraga justru diam dan tidak menunjukkan inisiatif apapun.

“Jangankan memberi bantuan, sekadar mencari tahu kebutuhan mereka saja tidak dilakukan. Ini memperlihatkan betapa lemahnya sensitivitas sosial dan kepemimpinan dalam memajukan olahraga Babel,” ujarnya.

Lebih lanjut, Abi juga menyoroti kebijakan Kadispora Widya yang membatasi kegiatan latihan atlet menembak di GOR Sahabuddin Pangkalpinang, dengan alasan ruangan latihan tembak indoor akan digunakan sebagai kantor KONI Babel.

Menurut Abi, keputusan tersebut tidak masuk akal dan mencerminkan lemahnya perencanaan serta manajemen olahraga daerah.

“Alasan menjadikan ruang latihan tembak sebagai kantor KONI itu sama sekali tidak rasional. Di GOR Sahabuddin ada banyak ruangan lain yang bisa dimanfaatkan tanpa harus mengorbankan fasilitas latihan atlet. Lebih parah lagi, kebijakan itu dilakukan tanpa memberikan solusi atau tempat pemindahan latihan yang baru,” tegasnya.

Abi menambahkan, para atlet menembak yang selama ini berlatih di lapangan tembak GOR Sahabuddin bukanlah atlet sembarangan, melainkan atlet pelajar berprestasi yang telah berlaga di tingkat nasional bahkan internasional.

Namun yang lebih memprihatinkan, menurut Abi, para atlet ini selama ini berjuang tanpa dukungan pemerintah. Melalui wadah Perbakin, terutama Perbakin Kota Pangkalpinang, para atlet menembak disebut harus menggunakan dana pribadi untuk biaya latihan, perlengkapan, hingga keikutsertaan dalam turnamen di tingkat nasional.

“Bayangkan, mereka harus menanggung semua biaya sendiri — mulai dari peluru, sewa senjata, hingga tiket ke luar daerah saat berlaga. Padahal mereka membawa nama Babel. Ini bentuk perjuangan luar biasa yang justru tidak direspons Dispora,” ungkap Abi dengan nada prihatin.

Abi menilai, kebijakan menutup akses latihan atlet tembak di GOR Sahabuddin semakin menunjukkan minimnya empati dan visi pembinaan olahraga dari Dispora Babel.

“Dispora seharusnya mencetak dan mendukung atlet berprestasi, bukan malah mematikan ruang latihan mereka. Ini langkah mundur yang tidak bisa ditoleransi,” tandasnya.

Abi pun mendesak Gubernur Babel, Hidayat Arsani, untuk mengevaluasi kinerja dan kebijakan Kadispora Babel secara menyeluruh.

“Saya berharap Pak Gubernur meninjau ulang peran Kadispora agar benar-benar berpihak kepada anak muda dan dunia olahraga. Jangan sampai kebijakan yang tidak logis justru mematikan semangat para atlet yang berjuang mengharumkan nama daerah dengan biaya sendiri,” tutupnya.

Dengan semangat juang dan dukungan masyarakat Babel, baik lima pemain muda yang kini memperkuat Timnas Pelajar Indonesia maupun para atlet menembak binaan Perbakin diharapkan terus menunjukkan kemampuan terbaik mereka — sekaligus menjadi pengingat bagi pemerintah daerah bahwa pembinaan olahraga membutuhkan kepekaan, dukungan nyata, dan kebijakan yang berpihak pada atlet, bukan sekadar urusan administratif di balik meja.
(35Ha/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *